Salah satu faidah dari kisah Nabi Yusuf adalah pentingnya berhati-hati dari berduaan dengan wanita yang dikhawatirkan bisa menimbulkan fitnah. Selain itu, kita juga harus waspada terhadap rasa cinta yang berpotensi membawa dampak buruk.
Istri Al-Aziz (pejabat Mesir) melakukan apa yang ia lakukan karena cintanya yang begitu menggelora kepada Yusuf. Rasa cinta telah menaklukkannya. Kemudian, ia menyendiri bersama Nabi Yusuf, hingga akhirnya ia berani menggoda Nabi Yusuf dengan penuh hasrat.
Ia telah menyiapkan diri untuk Nabi Yusuf, mendekatinya, dan bahkan hampir membuat Nabi Yusuf terjerumus—seandainya saja beliau tidak melihat tanda dari Tuhannya. Tanda dari Tuhannya itu adalah rasa takut dan ketakwaannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Ketika Nabi Yusuf dihadapkan pada dua pilihan—memenuhi nafsu syahwat yang haram atau rasa takut, tunduk, dan cintanya kepada Allah—Nabi Yusuf lebih mengutamakan rasa cinta dan ketakwaannya kepada Allah.
Maka, beliau pun kabur dari wanita itu hingga bajunya dirobek dari belakang. Allah kemudian membebaskan Nabi Yusuf dari segala tuduhan. Hal itu justru mengangkat derajatnya di sisi Allah.
Oleh karena itu, sebagian ulama berkata: “Apa yang terjadi seandainya Nabi Yusuf menuruti ajakan wanita itu?”Perhatikan bagaimana Nabi Yusuf justru menolak dan lari dari perbuatan keji tersebut. Sehingga Allah mengabadikan kisah kesabaran beliau ini. Allah ‘Azza wa Jalla mengabadikannya dan menjadikannya terus dibaca di mushaf-mushaf dan di mihrab-mihrab. Sebagai sanjungan dan pujian bagi beliau.
Itulah sebabnya, termasuk dalam tujuh golongan yang mendapat naungan Allah pada hari kiamat, saat tidak ada naungan selain naungan-Nya. Nabi menyebutkan di antaranya: seorang lelaki yang dirayu oleh wanita yang berkedudukan tinggi dan cantik, tapi ia berkata: “Sesungguhnya aku takut kepada Allah.”
Apakah Nabi Yusuf benar-benar berniat melakukan perbuatan tersebut dengan istri Al-Aziz? Jawabannya adalah: Tidak! Ia tidak pernah berniat untuk melakukannya. Wanita itu memang menginginkannya, tetapi Nabi Yusuf tidak memiliki niat yang sama.
Karena Allah berfirman: “Sungguh, wanita itu telah berkeinginan kepadanya, dan Yusuf pun berkeinginan kepadanya, seandainya saja ia tidak melihat tanda dari Tuhannya.”
Maksudnya adalah, seandainya beliau tidak melihat tanda dari Tuhannya, niscaya beliau akan berniat melakukannya. Namun, kenyataannya, beliau tidak berkeinginan terhadap wanita itu.
Adapun yang disebutkan dalam beberapa kitab bahwa Nabi Yusuf melihat ayahnya, Nabi Ya’qub, menggigit jarinya—maka hal itu tidaklah benar. Semua itu hanyalah kisah-kisah Israiliyat yang tidak sahih. Namun, makna dari “tanda dari Tuhannya” adalah rasa takut dan ketakwaan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Karena itulah Allah ‘Azza wa Jalla memuji Nabi Yusuf.
====
مِنْ فَوَائِدِ قِصَّةِ يُوسُفَ الْحَذَرُ مِنَ الْخَلْوَةِ بِالنِّسَاءِ اللَّاتِي يُخْشَى مِنْهُنَّ فِتْنَةٌ وَالْحَذَرُ مِنَ الْمَحَبَّةِ الَّتِي يُخْشَى ضَرَرُهَا
فَامْرَأَةُ الْعَزِيزِ جَرَى مِنْهَا مَا جَرَى بِسَبَب حُبِّهَا الشَّدِيدِ لِيُوسُفَ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا ثُمَّ انْفِرَادُهَا وَخَلْوَتُهَا بِهِ حَتَّى رَاوَدَتْهُ تِلْكَ الْمُرَاوَدَةَ
وَتَهَيَّأَتْ لَهُ وَهَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ وَبُرْهَانُ رَبِّهِ هُوَ خَشْيَةُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَمَخَافَتُهُ
فَلَمَّا قَابَلَ يُوسُفُ بَيْنَ قَضَاءِ وَطَرِهِ مِنْ هَذِهِ الشَّهْوَةِ الْمُحَرَّمَةِ وَبَيْنَ مَخَافَةِ اللَّهِ وَخَشْيَتِهِ وَمَحَبَّتِهِ لِرَبِّهِ غَلَّبَ جَانِبَ مَحَبَّةِ اللَّهِ وَخَشْيَتِهِ
فَهَرَبَ مِنْ هَذِهِ الْمَرْأَةِ حَتَّى قَدَّتْ قَمِيصَهُ مِنْ دُبُرٍ وَبَرَّأَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِيمَا بَعْدُ فَكَانَ فِي ذَلِكَ رِفْعَةٌ لِدَرَجَاتِه
وَلِهَذَا قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ مَاذَا لَوْ أَنَّ يُوسُفَ اسْتَجَابَ لِتِلْكَ الْمَرْأَةِ؟ اُنْظُرْ كَيْفَ أَنَّهُ لَمْ يَسْتَجِبْ وَهَرَبَ مِنَ الْوُقُوعِ فِي الْفَاحِشَةِ فَخَلَّدَ اللَّهُ تَعَالَى هَذَا الصَّبْرَ مِنْهُ خَلَّدَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَجَعَلَهُ يُقْرَأُ فِي المَصَاحِفِ وَفِي المَحَارِيبِ مَنْقَبَةً لَهُ وَثَنَاءً عَلَيْهِ
وَلِهَذَا كَانَ مِنَ السَّبْعَةِ الَّذِينَ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ تَعَالَى تَحْتَ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ ذَكَرَ مِنْهُمْ رَجُلًا دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
هَلْ هَمَّ يُوسُفُ بِامْرَأَةِ الْعَزِيزِ؟ الْجَوَابُ لَا لَمْ يَهُمَّ بِهَا هِيَ هَمَّتْ بِهِ لَكِنَّهُ لَمْ يَهُمَّ بِهَا لِأَنَّهُ قَالَ وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ
يَعْنِي لَوْلَا أَنْ رَأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ لَهَمَّ بِهَا لَكِنَّهُ لَمْ يَهُمَّ بِهَا
وَأَمَّا مَا ذُكِرَ فِي بَعْضِ الْكُتُبِ مِنْ أَنَّهُ رَأَى أَبَاهُ يَعْقُوْبَ عَاضًّا عَلَى أُصْبُعِهِ فَهَذَا غَيْرُ صَحِيحٍ هَذَا كُلُّهُ مِنْ إِسْرَائِيلِيَّاتٍ غَيْرِ صَحِيحَةٍ وَكُلُّهَا غَيْرُ صَحِيحَةٍ وَإِنَّمَا الْمَقْصُودُ بِـبُرْهَانِ رَبِّهِ يَعْنِي خَشْيَةَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَمَخَافَتَهُ وَلِهَذَا أَثْنَى اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِ